Nama saya Silfia Yasinta, terkadang dipangil Yasinta. Namun ada juga dipangil
Dhepooh. Karena semua media sosial saya namakan Sienta Dhepooh. Banyak yang
bilang kalau saya alay, maklum manusia didunia tidak ada yang sempurna. Saya
orangnya asli Gresik, karena saya dilahirkan di Gresik. Saya mengambil jurusan
ekonomi syariah di Universitas Internasional Semen Indonesia atau yang
sinkatannya UISI. Karena saya lihat dari negara ini semakin lama semakin
perekonomian di negara kita menipis, dan kenaikan dollar keningkan. Orang yang
kaya makin kaya dan yang miskin tetap menjadi miskin, dari situ saya ingin
mempelajari ekonomi yang berbasis syariah. Dan juga ingin memegang keuangan
negara dan memberantas perekonomian yang sangat rendah.
Potensi
Sektor Indes dan Tenaga Kerja Memasuki Era MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN
Indonesia
menurut saya salah satu negara terbesar populasinya yang ada di kawasan ASEAN.
Masyarakat Indonesia berbagai jenis suku, bahasa dan adat istiadat yang
terhampar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang
cukup bagus. Ini menjadi modal yang penting untuk mempersiapkan masyarakat
Indonesia menuju ASEAN Economic Community (AEC ) tahun 2015. ASEAN economic
community (AEC) tahun 2015 suatu program bagi negara- negara ASEAN untuk lebih
meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses
yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk (Free Trade Area)
untuk mewujudkan sebuah single market. Tentunya ini membuat banyak peluang
khususnya bagi Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas produk- produknya
maupun tenaga kerjanya yang profesional dalam memasuki tantangan ruang lingkup
ASEAN community. Perihal Kesiapan Sumber Daya Indonesia untuk Memasuki ASEAN Economy
Community sangatlah punya potensi dan modal yang kuat dalam
menyukseskan prgram tersebut, karena dengan luasnya geografis
negara, juga ditunjang dengan sumber daya alam yang sangat banyak dan juga
sumber daya manusia yang mumpuni sehingga keyakinan jika Indonesia bisa
meningkatkan daya saing dan menjadi pemain utama dalam AEC bisa terwujud.Dan
pada akhirnya, dengan optimisme dan kesiapan seluruh elemen masyarakat
Indonesia baik dari segi SDM dan SDA-nya dalam menyambut ASEAN Economic
Community tahun 2015 dapat menjadikan rakyat Indonesia menjadi sejahtera,
pertumbuhan ekonomi yang didorong dari sektor UMKM terus berkembang, dengan
sendirinya perekonomian rakyat terus meningkat, sehingga pembangunan menjadi
merata tidak terpusat di Pulau Jawa, dengan begitu tingkat kemiskinan bisa
terus berkurang.Dengan adanya AEC 2015 akan memicu tumbuhnya
pengusaha-pengusaha yang bukan hanya mampu bersaing di panggung nasional,
tetapi juga mampu bersaing di tataran global. ASEAN Economic Community
yang dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik
serta mampu bersaing dengan Negara-negara yang perekonomiannya lebih maju
dibandingkan dengan kondisi Negara ASEAN saat ini. Selain itu juga dengan
terwujudnya ASEAN Community yang dimana di dalamnya terdapat AEC, dapat
menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis di kancah Internasional, di
harapkan dengan terwujudnya komunitas masyarakat ekonomi ASEAN ini dapat
membuka mata semua pihak, sehingga terjadi suatu dialog antar sektor yang
dimana nantinya juga saling melengkapi diantara para stakeholder sektor
ekonomi di Negara-negara ASEAN ini sangat penting.
Jika dilihat
dari sisi potensi perekonomia di Indonesia merupakan salah satu emerging
country yang saat ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi ASEAN. Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam
MEA 2015 sebenarnya cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di
dunia untuk besarnya skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh
proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar.
Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat
investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia
sebagai peringkat empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World
Investment report. Maih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat
dilihat ketika banyak negara yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian
global, perekonomian Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif. Untuk
mewujudkan peluang MEA 2015, sudah saatnya kita berbenah dan melakukan
tindakan-tindakan efektif dan terarah yang didukung oleh berbagai pihak. Dari
12 sektor prioritas yang akan diimplementasikan pada MEA 2015, kita harus dapat
menginventarisir sektor-sektor potensial yang menjadi unggulan. Terwujudnya
sektor pariwisata menjadi primadona memiliki multipllier effect terhadap
peningkatan sektor-sektor lainnya, seperti Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran; Sektor Jasa-jasa, Sektor Industri Pengolahan melalui peningkatan
produksi cinderamata dan handycraft, Sektor Bangunan melalui pembangunan
konstruksi pendukung pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Untuk
peningkatan daya saing dan antisipasi menghadapai MEA 2015, peningkatan Sumber
Daya Manusia yang handal mutlak diperlukan. SDM ini harus dipersiapkan sebagai
insan yang berdaya saing regional bahkan global. Perlu juga dipersiapkan
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, (UMKM), dan juga penciptaan
wisausahawan baru untuk mendukung penguatan sektor potensial. Implementasi
ASEAN – China Free Trade Area (ACFTA) 2010 dapat menjadi pelajaran berharga
bagi kita, dimana ketika penerapan ACFTA
(China Free Trade Area )banyak pihak yang belum siap akibat lemahnya
koordinasi dan upaya perencanaan sebelum diberlakukannya ACFTA (China Free
Trade Area). Dengan implemetasi MEA yang semakin dekat, sudah saatnya kita
berbenah dan mengambil tindakan sedini mungkin untuk menghadapi
persaingan yang akan semakin sengit.
Kerjasama
dan prioritas kepentingan nasional harus dikedepankan oleh berbagai pihak untuk
mendukung terciptanya Indonesia menjadi negara yang mendapatkan keuntungan terbesar
dengan diterapkannya MEA 2015. ASEAN Economic Community (AEC) sebenarnya
merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di kawasan maupun
dunia. Barang, jasa, modal dan investasi akan bergerak bebas di kawasan ini.
Integrasi ekonomi regional memang suatu kecenderungan dan keharusan di era
global saat ini. Hal ini menyiratkan aspek persaingan yang menyodorkan peluang
sekaligus tantangan bagi semua negara. Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan,
misalnya, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional papan atas,
seperti dokter. Sayangnya tenaga kerja kasar yang merupakan “kekuatan”
Indonesia tidak termasuk dalam program liberalisasi ini. Justru tenaga kerja
informal yang selama ini merupakan sumber devisa non-migas yang cukup potensional
bagi Indonesia, cenderung dibatasi pergerakannya di era AEC 2015.
Indonesia
masuk ke dalam kategori negara berpendapatan menengah, dimana tuntutan
transformasi pertumbuhan ekonominya dari semula bergantung pada sumber daya
alam dan alokasi tenaga kerja murah (resources and low cost-driven growth)
menjadi tuntutan untuk menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan
memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia terampil (productivity-driven
growth), agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stagnan dan terhindar dari
jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Indonesia sangatlah
punya potensi dan modal yang kuat dalam mensukseskan ASEAN Economic Community,
karena dengan luasnya geografis negara kita, juga ditunjang dengan sumber daya
alam yang sangat banyak dan juga sumber daya manusia yang mumpuni. Dukungan
sumber daya diperlukan untuk mengelola berbagai potensi yang saat ini dimiliki
Indonesia sebagai persiapan memasuki ASEAN Economic Community.Pemerintah dapat menerapkan
kearifan lokal yang sangat bervariasi dalam mengeksplore sumber daya alam.
Sementara itu Indonesia punya modal dasar atau modal dasar penting, yaitu
sumber daya manusia, sumber daya alam, pengalaman Indonesia dalam mengatasi
krisis, hubungan luar negeri yang terjalin baik, dan letak strategis Indonesia
sebagai modal melangkah memasuki ASEAN Economic Community.
Peluang Indonesia untuk Memasuki MEA 2015 antara
lain yaitu Pasar potensial dunia perwujudan
AEC 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia
yang di dukung oleh jumlah penduduk ketiga terbesar ( 8persen dari total
penduduk dunia ) setelah China dan India. Dan juga negara pengekspor dengan
meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar negara ASEAN
mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang
cukup baik menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi. Ada pun negara
tujuan investor dalam rangka AEC 2015 berbagai kerja sama regional untuk
meningkatkan infrastruktur ( pipa gas, teknologi informasi ) maupun dari sisi
pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluangbagi perbaikan
iklim investasi Indonesia. Terutama dalam melancarkan program infrastruktur
domestik. Jika dalam daya saing liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan
menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di
kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang tidak ada lagi.
Dalam sektor jasa yang Terbuka sektor –
sektor jasa yang telah di tetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan,
dan e-ASEAN dan kemudian akan di susul dengan logistik. Aliran modal dari sisi
penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan
penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam.
Tantangan Indonesia untuk Memasuki MEA 2015 antara
lain yaitu Laju peningkatan Ekspor dan
Impor tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN
tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapiterlebih lagi
persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti
China dan India. Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan negara lain di kasawan ASEAN.
Stabilitas makro masih menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan
tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Dampak
negatif arus modal yang lebih luas atau bebas untuk mendukung transaksi
keuangan yang lebih efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan,
memfasilitasi perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan
dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kesamaan jenis
produk ekspor unggulan ( sektor pertanian, perikanan, produk karet,
produk berbasis kayu, dan elektronik ) merupakan salah satu penyebab pangsa
perdaganagn intra-ASEAN yang hanya berkias 20-25 persen dari total perdagangan
ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi
produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari
Negara-negara ASEAN. Tingkat perkembangan ekonomi Negara – negara Anggota
ASEAN hingga saat ini masih beragam. Tingkat kesenjangan yang tinggi merupakan
salah satu masalah di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan agar tidak
menghambat percepatan kawasan menuju AEC 2015.
1031510046
Silfia Yasinta
Ekonomi Syariah